Kamis, 10 Oktober 2013

TIPS SUKSES UJIAN NASIONAL

Tingginya angka kegagalan siswa SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap terjadi karena adanya pergeseran nilai di kalangan generasi muda. Bahasa Indonesia kini dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak penting dibandingkan bahasa asing. Abdul Chaer, dosen Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta berpendapat demikian. 

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional tahun 2012 ternyata pada Bahasa Indonesia dan Matematika. Mereka pelajar di sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, seperti ibu kota provinsi atau ibu kota kabupaten/kota.

Dari total 1.524.704 siswa peserta ujian nasional (UN) jenjang SMA/SMA luar biasa dan madrasah aliyah tahun 2011/2012, sebanyak 7.579 siswa dinyatakan tidak lulus. Untuk SMK, 2.925 siswa tidak lulus dari 1.039.403 siswa peserta UN. Siswa SMA/MA/SMALB yang lulus 1.517.125 orang (99,50 persen) dengan nilai rata-rata tertinggi 9,33. Tahun lalu, siswa yang lulus 99,22 persen. Adapun untuk SMK, siswa yang lulus mencapai 1.036.478 siswa.

Di Bali pun Bahasa Indonesia mata pelajaran jadi masalah, yang sejak kecil telah diajarkan oleh orangtua. Ironisnya, 70 persen siswa yang tidak lulus gara-gara Bahasa Indonesia kebanyakan berasal dari sekolah negeri.

Fenomena siswa kesulitan mengerjakan soal Bahasa Indonesia ini sebenarnya bukan hal baru. Pada tahun-tahun sebelumnya juga banyak siswa yang gagal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Usut punya usut, salah satu faktor yang menyebabkan anjloknya nilai Bahasa Indonesia karena sebagian siswa berpikir lebih baik menekuni Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia karena lebih menjanjikan pada masa mendatang.


Fenomena unik ini menyentak sekaligus menimbulkan pertanyaan. Trennya, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam berbagai tes kerap lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa asing, biasanya Bahasa Inggris. Bukan hanya dalam ulangan harian, baik pada ujian nasional (UN) maupun tes masuk perguruan tinggi juga menunjukkan hasil yang serupa. Hal ini ironis mengingat bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu. Pada akhirnya bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang sulit dipelajari.
Masalah kita adalah bagaimana cara belajar Bahasa Indonesia dan bagaimana pula agar ujian nasional Bahasa Indonesia bagi siswa tidak menemui kesulitan yang berarti? Kami akan coba sharing pendapat, silakan anda simak :

Cara belajar Bahasa Indonesia
Idealnya belajar Bahasa Indonesia itu mudah, karena Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang tidak sulit dipelajari. Penelitian telah menunjukkan bahwa bahasa yang sama dalam tata bahasa dan struktur bahasa ibu Anda sering lebih mudah untuk dipahami. Kenyataan dari persoalan ini adalah, setiap bahasa memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Tidak ada satu bahasa yang mudah dipelajari, tentu saja.

Anggapan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia sulit dipelajari muncul dari hasil tes Bahasa Indonesia yang hasilnya lebih rendah daripada hasil tes mata ajar yang lain. Hasil ini harus ditelaah lebih lanjut dengan melihat substansi tes dan kaitan antara kurikulum dan substansi tes.

Karena Bahasa bukan hafalan maka belajar bahasa akan berbeda dengan belajar rumus-rumus matematika atau hafalan ilmu hukum tata negara misalnya. Belajar Bahasa Indonesia harus bersikap aktif dengan mengetahui contoh-contoh penerapan dari teori yang dipelajari. 

Disamping itu soal ujian nasional menurut pengamatan penulis, sudah jarang menanyakan teori atau definisi dari istilah bahasa seperti apa arti sintaksis, bagaimana definisi etimologi, dll :) Namun pertanyaan lebih bersifat aplikasi seperti menganalis sesuatu berdasarkan wacana yang disajikan atau menilai sebuah kalimat apakah efektif atau tidak.

Penulis saat duduk di bangku SMP, sangat senang belajar bahasa Indonesia. Dan metode yang ditempuh adalah menghafalnya dan sat itu terbukti efektif karena soal bahasa Indonesia yang diujikan masih cenderung banyak mengujikan hal-hal yang bersifat hafalan. Nah, dalam ujian nasional dewasa ini cara hafalan untuk bahasa Indonesia menjadi tidak efisien lagi karena desain soal berbeda.

Bahasa Indonesia adalah salah satu indentitas nasional, mari belajar bahasa Indonesia dengan semangat kebangsaan jangan kalah oleh para pembelajar dari Cina. Para mahasiswa dari Beijing Foreign Studies University Hu Zhouyi mengatakan Bahasa Indonesia menarik untuk dipelajari. Mereka senang belajar bahasa kita walaupun katanya Bahasa Indonesia itu tidak terlalu mudah untuk dipelajari, apalagi jika menyangkut imbuhan.

Cara menjawab soal ujian nasional Bahasa Indonesia
Sebelum anda mengerjakan soal UN Bahasa Indonesia sebaiknya berdoa dulu. Mintalah kepada-Nya ketenangan hati dan pikiran serta mintalah agar diberikan kemudahan dalam menjawab soal. Selanjutnya anda :
Mengerjakan soal yang paling mudah terlebih dahulu. Jawablah soal yang kamu anggap mudah terlebih dahulu, hal ini akan lebih menghemat waktu.
Apabila terdapat paragraf/alinea, bacalah pertanyaannya terlebih dahulu, kemudian baru mencari jawabannya di dalam paragraf. Hal ini mencegah membuang waktu karena membaca paragraf berulang-ulang.

Sebagai tambahan bahwa munculnya kesulitan ujian nasional Bahasa Indonesia bisa disebabkan adanya perubahan paradigma dalam pengajaran Bahasa Indonesia, yaitu perubahan dari paradigma struktural ke paradigma komunikatif. Awalnya, pengajaran Bahasa Indonesia menggunakan paradigma struktural baik untuk pengajaran sehari-hari maupun tes-tes bahasa yang diujikan. Dengan paradigma ini, umumnya yang ditanyakan dalam tes adalah masalah struktur atau kaidah bahasa.

Sementara saat ini pengajaran Bahasa Indonesia bergeser menggunakan paradigma komunikatif baik dalam pengajaran sehari-hari hingga saat ujian. Dengan ancangan atau pendekatan ini, siswa dihadapkan pada pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi. Jadi, tekanannya adalah bahasa Indonesia yang baik atau bahasa yang sesuai dengan situasi. Adapun tekanan pada Bahasa Indonesia yang benar menjadi berkurang.

Sayangnya, perubahan paradigma pengajaran ini tidak diikuti dengan perubahan pola ajar yang diterapkan. Ia menjelaskan, dengan paradigma komunikatif ini, anak-anak memerlukan waktu belajar yang lebih lama karena kaidah kebahasaan mulai berkurang dan pemakaian bahasa dalam situasi komunikasi ditambah. Selain itu, banyak varian dalam bahasa Indonesia yang muncul saat menggunakan paradigma ini baik bahasa formal maupun bahasa nonformal.

Oleh : Drs. Asep Dewan, SH

(Praktisi Pendidikan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar