Allah SWT berfirman, “Bertolaklah kamu
dari tempat bertolaknya orang-orang banyak, dan mohonlah ampun kepada Allah
SWT. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Baqarah: 199).
Ayat ini merupakan teguran terhadap
sekelompok orang (yang di kenal dengan al-hummas) yang mengingkari kesamaan
nilai kemanusiaan, kemudian dengan perasaan memiliki keistimewaan diri, mereka
enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wukuf. Mereka melakukan
wukuf di Muzdalifah, sedangkan orang banyak melakukan wukuf di Arafah.
Pemisahan diri yang dilatarbelakangi oleh
perasaan superioritas inilah yang dicegah oleh Allah SWT dalam ayat di atas.
Adanya persamaan nilai kemanusiaan ini semakin tampak jelas bila dikaitkan
dengan isi khutbah Nabi Muhammad SAW pada Haji Wada’ yang intinya menekankan:
(a) persamaan; (b) keharusan memelihara jiwa dan kehormatan orang lain; dan (c)
larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah, baik di
bidang ekonomi maupun di bidang-bidang lainnya.
Kedelapan, pelajaran tentang fungsi manusia
sebagai pemimpin dan pelindung makhluk Tuhan lainnya. Pada ibadah haji, khususnya
semenjak dikenakan pakaian ihram, terdapat sejumlah larangan yang harus
diindahkan oleh jamaah haji. Diantaranya tidak menyakiti binatang, tidak
membunuh, tidak menumpahkan darah, dan tidak mencabut pepohonan.
Hal ini memberi pelajaran bahwa manusia
berfungsi sebagai pelindung makhluk-makhluk Allah SWT, serta memberi kesempatan
seluas mungkin untuk mencapai tujuan penciptaannya. Sehingga manusia
betul-betul dirasakan sebagai rahmat bagi sekalian makhluk yang ada di alam
ini.
Jamaah haji dilarang juga menggunakan
wangi-wangian, bercumbu atau kawin, dan berhias. Supaya setiap jamaah haji menyadari
bahwa manusia bukan materi semata-mata, bukan pula birahi, dan bahwa hiasan
yang dinilai Allah adalah hiasan ruhani (ketakwaan setiap umat Islam). Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah
adalah manusia yang paling bertakwa.” (QS. Al- Hujurat (49): 13).
Demikian beberapa hikmah ibadah haji dan
umrah. Masih banyak hikmah-hikmah lainnya yang bisa dipetik dari pelaksanaan
ibadah haji dan umrah. Allah tidak sia-sia dalam mensyariatkan ibadah haji dan
umrah. Di dalam kedua ibadah tersebut, terkandung hikmah dan pelajaran yang
banyak dan sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar