Rabu, 15 Februari 2012

PERIHAL PENYUCIAN DIRI


Penyucian adalah pembersihan diri. Ada dua macam pembersihan. Pertama, bagian lahir, ditentukan oleh ajaran-ajaran agama dan dilaksanakan dengan cara membersihkan badan dengan air suci. Kedua, pembersihan hati, yang dilakukan melalui pembersihan kotoran dalam jiwa seseorang, menyadari akan dosa-dosanya dan secara ikhlas menyesali dosa-dosa itu (bertaubat). Pembersihan bagian dalam (hati) ini seyogyanya menempuh jalan spiritual dan di bimbing oleh guru spiritual.
Menurut ketentuan dan ajaran agama, orang menjadi tidak suci dan wudlunya batal jika beberapa bagian tubuh seperti tinja, air kencing, muntah, keluar nanah, mengeluarkan darah, sperma dan lain-lain di paksa keluar. Jika hal-hal itu terjadi, maka wajib memperbarui wudlunya. Dalam kasus sperma dan darah haid (menstruasi) maka wajib hukumnya mandi besar, yakni membersihkan seluruh bagian tubuh. Dalam kasus-kasus lain, bagian tubuh yang sering terlihat (kedua tangan dan telapak bawah, bagian wajah dan kaki) harus di basuh atau dibersihkan.

Tentang keharusan seseorang memperbarui wudlu, Guru kita Muhammad saw bersabda :
“Setiap kali seseorang memperbarui wudlu, maka Allah memperbarui keimanan hamba-Nya (kemudian) cahaya imannya dikilapkan ulang sehingga bercahaya lebih terang”.
Hadits lain :
“Mengulang pembersihan diri dengan wudlu (seperti) cahaya yang menerangi cahaya”.
Penyucian bagian dalam (hati) juga dapat hilang atau batal, mungkin lebih sering daripada yang terjadi pada penyucian lahir, karena akhlak buruk, perilaku rendah, sikap dan perbuatan yang nyerempet-nyerempet bahaya seperti terlalu bangga, sombong, berbohong, suka bergunjing, memfitnah, dengki dan pendendam. Perbuatan-perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja oleh anggota badan seseorang (dapat) mengotori rohani : mulut yang memakan makanan haram, bibir yang berbohong dan bicara kotor, telinga yang mendengarkan gunjingan dan umpatan, tangan yang digunakan untuk memukul, kaki untuk mengikuti orang yang dzalim. Perzinahan, yang juga merupakan sebuah dosa, bukan hanya dilakukan di tempat tidur, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw :
“Mata juga melakukan perzinahan”.
Bila kebersihan batin telah sedemikian kotor dan wudlu spiritualnya juga batal, maka memperbarui wudlu harus dengan cara bertaubat secara sungguh-sungguh, yang dilakukan dengan mengakui kesalahannya, dengan penyesalan yang diikuti dengan tetesan air mata (yang merupakan tetesan air yang membersihkan kotoran dari rohani), dengan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya, dengan bertekad bulat untuk meninggalkan semua dosa atau maksiat, dengan memohon ampun kepada Allah, dan dengan berdo’a agar Allah melindunginya dari perbuatan dosa tersebut.
Shalat atau do’a adalah menghadirkan diri dihadapan Allah. Beerwudlu, yakni keadaan suci/tidak berhadats, merupakan prasyarat untuk melakukan shalat. Orang arif tahu bahwa kesucian bagian lahir belumlah cukup, karena Allah melihat ke sisi yang lebih dalam yaitu hati, yang harus didahului oleh wudlu pertaubatan. Hanya dengan itu maka shalat dan do’anya dapat dikabulkan. Allah berfirman :
Inilah yang dijanjikan kepadamu, pada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) dan selalu menjaga (hukum-hukum-Nya). (Surat Qaf : 32)
Penyucian bagian tubuh dan wudlu bagian lahir menurut ketentuan-ketentuan agama juga dibatasi oleh waktu, karena tidur juga bisa membatalkan wudlu. Pembersihan/penyucian terikat oleh hari (siang dan malam) dalam kehidupan dunia ini.
Sedangkan penyucian dunia batin, pembersihan diri bagian yang tak terlihat (rohani), tidak dibatasi oleh waktu. Ia berlangsung sepanjang hidup, bukan hanya kehidupan sementara di dunia ini, tetapi juga untuk kehidupan abadi di akhirat nanti.

Sumber : The Secret of Secrets (Menyingkap Tabir Rahasia Ilahi Syekh Abd al-Qadir Jilani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar